Resah juga rasanya jika terjadi pemadaman listrik yang sewaktu-waktu terjadi di perumahan kita. Listrik sudah menjadi hal yang cukup primer dan tentunya kegiatan apapun sekarang sudah sangat bergantung pada listrik, ya seminimalnya listrik kita gunakan sebagai penerangan pada malam hari. Tapi ternyata tenaga listrik akhir-akhir ini semakin lama semakin berkurang dengan begitu banyaknya permintaan dari konsumen, akhirnya memberikan ide tersendiri untuk pihak yang mengembangkan teknologi tenaga surya seperti Konarkay, yang telah mengembangkan sebuah sel tenaga surya yang tembus pandang yang akan dibangun pada jendela pembangkit tenaga listrik.
Perusahaan yang berbasis publik Lowell, pada hari Selasa yang lalu menyatakan telah mencapai kata sepakat perjanjian dengan Arch Aluminum & Glass untuk mempergunakan sel tenaga surya plastik buatan Konarka tersebut pada bahan-bahan bangunannya, termasuk jendelanya.
Di bawah pembangunan Arch Active Solar Glass, perusahaan telah membuat prototipe jendela dengan sel surya di antara 2 panel kacanya. Sel photovoltaic dapat diberi warna dengan warna yang berbeda.
“Produk ini bisa menghemat energi dan tembus pandang dengan tampilan vertikal superior dan berwarna merah, biru atau hijau estetis yang halus hampir tidak kentara. Dengan fitur tersebut, BIPV (building-integrated photovoltaics) tidak butuh terlalu lama menempatkan spandrel atau aplikasi tambahannya”, seperti apa yang telah disampaikan oleh Arch CEO Leon Silverstein.
Konarka membuat sel tenaga surya organik yang berasal dari bahan plastik yang fleksibel, yang pada akhirnya membuka pabrik produksinya di Massachusetts untuk memproduksi sel-sel yang garis-garis assembly sebagai kumparan yang dipasang dengan kawat-kawat untuk menghantarkan tenaga listriknya.
Keuntungan dari sel yang fleksibel tersebut adalah dapat dipakai untuk jangkauan aplikasi yang luas, seperti tenda tentara pembangkit tenaga listrik, portable charger untuk barang-barang elektronik, dan sensor.
Namun photovoltaics organik tersebut tidak sangat menghemat saat merubah sinar matahari menjadi listrik dan tidak akan tahan lamanya dengan panel tenaga surya atap, yang jelas-jelas tertulis di bawah ganransi selama 25 tahun lamanya. Pihak Konarka sendiri mengatakan paling lambat akhir tahun telah mencapai 6 persen hematnya pada laboratoriumnya tetapi belum tersedia pada produknya. Sel tenaga surya Silicon yang memiliki efisiensi yang tinggi, bahan sel yang umumnya lebih dikenal, dapat mencapai lebih 20 persen.
Pabrik produksi Konarka memproduksi sel tenaga surya merah yang telah mulai dibuat dalam bentuk sel-sel yang transparan dalam proyeksi yang terbatas untuk prototipe dan pengembangannya.
Walaupun Konarka meningkat mencapai 100 juta dollar atau sekitar 1 bilyar rupiah dan ditandai dengan sejumlah kerjasama, serta ada beberapa orang yang skeptis kalau perusahaan tersebut bisa meraup keuntungan.
“Inti sebenarnya akan terlihat jika mereka bisa membuat produk-produk bangunan terintegrasi yang bisa bertahan meskipun selama 20 tahun lebih lamanya”, pernyataan clean-tech venture capitalist Rob Day yang berasal dari @Ventures kepada Greentech Media pada bulan Desember tahun lalu.
Konarka juga akan menghadapi persaingan dalam bidang building-integrated photovoltaics. Produsen tenaga surya film, yang melibatkan Heliovot, juga membuat sel flesibel yang bisa dipasang pada kaca atau struktur gedung seperti atap yang lebih efisien. Sel Tenaga Surya Nano terbuat dari CIGS (copper indium gallium selenide), sebagai contohnya, yang berkisar pada jangkauan 9 persen hingga 10 persen.
Nah bagaimana dengan di Indonesia? Semoga ini bisa menjadi inspirasi buat anak bangsa kita supaya mau berkreasi terus demi mencari alternatif lain pengganti listrik. (beritateknologi)