Laut masih menyimpan potensi energi yang besar yang lebih baik dibandingkan dengan sumber energi terbarukan seperti angin dan matahari. Di atas permukaan laut, angin bertiup kencang sekaligus menggerakkan permukaan air laut menjadi gelombang. Sementara di bawah permukaannya, air laut bergerak sesuai dengan pasang surut yang terjadi.
Dari potensi-potensi tersebut arus laut merupakan potensi energi yang tergolong konstan. Rotasi, gravitasi, perbedaan salinitas, suhu dan tekanan udara menjadi penyebab konstannya arus laut baik di permukaan ataupun arus dalam yang bisa dimanfaatkan di berbagai belahan dunia, terutama wilayah yang mempunyai lautan.
Saat ini ada dua teknologi utama yang memanfaatkan energi pasang surut, yaitu bendungan pasang, yang bekerja dengan prinsip yang sama pada pembangkit listrik tenaga air, dan lainnya adalah teknologi yang memanfaatkan arus pasang dan mempunyai prinsip yang sama dengan turbin angin.
Namun sebuah perusahaan di Swedia, Minesto, mengembangkan teknologi lain untuk memanfaatkan arus laut. Tidak berbeda jauh dengan teknologi yang diusung Hydrowing, Deep Green, pembangkit milik Minesto mengadopsi prinsip kerja layang-layang. Sama seperti layang-layang, akibat gerakan dari sisi ke sisi, maka akan menghasilkan arus laut 10 kali lipat lebih cepat melalui turbin yang terpasang di bagian bawah ”sayap”nya.
Menurut perusahaan tersebut, Deep Green yang didesain untuk dipancangkan di dasar laut dengan kedalaman 60-150 meter dan berat 14 ton per MW tersebut bisa menghasilkan 500 kiloWatt listrik dengan kecepatan rata-rata arus laut 1,6 meter per detik. Harga listrik per kilowatt jam-nya sekitar 0,06-0.74 US dolar. Jauh lebih rendah dibandingkan teknologi lainnya.(ristek)
Pembangkit Listrik Deep Green
Advertisements
Advertisements